Mewujudkan Kampus Hijau yang Islami


Cobalah sekali kali kita membayangkan sebuah kampus ditengah kerimbunan pepohonan dengan  gedung-gedungnya yang indah, adanya sistem manajemen sampah yang  yang terorganisir serta sarana prasarana pedestrian west ( pejalan kaki ) atau jalur sepeda yang tertata rapi.
Kampus ramah lingkungan seperti yang di angan-angankan diatas hanya sebatas mimpi,namun bukan berarti  tak mungkin itu terwujud lebih cepat apabila seluruh civitas academika  mendukung program tersebut.
Tentunya kita tidak menginginkan adanya polusi di dalam lingkungan kampus, lingkungan yang bersih dari sampah, dedaunan, sampah basah, sampah kering serta saluran drainase dengan kehidupan ikan-ikan dan mikro organisme terkecil didalamnnya.
Harapan tentang  lingkungan hidup memang sangat sederhana, namun hal itu kita di tuntut pula untuk menjaga dan melestarikan lingkungan kampus. Sehingga dengan sadar dan benar di pahami bahwa tindakan merusak lingkungan dapat berakibat buruk.

Dalam sunah rasullullah SAW telah menegaskan pentingnya menjaga lingkungan. Rosululllah mencontohkan kota Madinah, dimana beliau mempertahankan pepohonan dan melarang menebangnya atau merusak/mengganggu lingkungan kota tersebut, hal ini sesuai sabda beliau
“ kota Madinah suci Dari batas situ hingga ke situ.pohon-pohonnya tidak boleh di tebang dan tidak boleh melakukan kejahatan didalammya, barang siapa melakukan kejahatan, ia akan mendapat  kutuk dari Allah, kutuk malaikat, dan manusia seluruhnya” ( HR Al-Bukhari )


Dengan indahnya islam telah memberikan pengajaran bahwa menebang pohon yang terdapat dalam kota ( Madinah ) dalam kasus diatas, berarti perbuatan dosa/terlarang. Artinya Rosulullah SAW yang merupakan manusia pilihan Allah telah mengajarkan kepada kaum muslimin supaya tidak suka menebang pohon yang tumbuh dalam kota. Justru seharusnya kita gemar menanam pohon yang dampaknya akan menciptakan lingkungan kota hijau, sejuk, asri dan mengurangi polusi udara, padahal saat itu di zaman Rosulullah belum ada pabrik, mobil, motor, bus kota dan sebagainya yang menimbulkan polutan karbon monoksida, namun Rosulullah menunjukkan mukjizatnya bahwa kelak kita sangat membutuhkan pepohonan bukan saja Madinah sebagai kota suci, tetapi juga dilingkungan sekitar kita dimana kita akan bermukim.


Memperbaiki  dan Memelihara Ekosistem
Menurut Prof. Emil Salim ( Mantan Menneg Lingkungan Hidup ) bahwa mengurus lingkungan bersifat jangka panjang “ kita menanan pohon, apa hasilnya untuk sekarang?” Tanya beliau. Tak heran lingkungan menjadi sektor yang rentan terhadap konflik jangka pendek cenderung dikalahkan oleh kepentingan lain ( kapitalisme ) yang menginginkan adanya keuntungan seluas luasnya tanpa memperhatikan aspek yang akan terjadi di waktu mendatang. Padahal lingkungan harus dilihat sebagai ekosistem, semua aspek , baik ekonomi, sosial dan ekologi terkait satu sama lain, sehingga perubahan disatu aspek mempengaruhi aspek yang lain.
Dalam ayat Al-Quran Allah telah melarang umat Islam merusak ekosistemnya atau lingkungan hidupnya. Jika hal ini di langgar, kita tidak hanya melakukan sebuah dosa besar, tetapi kita juga akan menyengsarakan masyarakat banyak , yang harus menanggung sosial cost akibat ulah orang yang tak bertanggung jawab. Allah berfirman :





Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi ( Al-Maaidah 32).

Ayat ini sungguh luar biasa mengajarkan kepada kita bagaimana kita dapat memelihara lingkungan dengan baik. Berdasarkan ayat ini kita dapat mengambil hikmah, bahwa Pemberian hukum yang setimpal sebenarnya bukan hanya untuk orang-orang yang membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain saja, akan tetapi seharusnya pemberian hukum yang setimpal atau Qisas juga dapat dilakukan bagi orang-orang yang membuat kerusakan ekosistem/lingkungan (misalnya, ilegal loging , membuang limbah B3 tanpa menyaring sehingga membuat kerusakan di ekosistem, atau perbuatan-perbuatan yang merusak ekosistem). Sungguh orang-orang yang bertindak bijak pada lingkungan, senantiasa melindungi dan menanam pohon untuk penghijauan atau bahkan melakukan perbuatan sekecil apapun dengan tujuan menjaga lingkungan seperti tidak membuang sampah secara sembarangan Allah mengibaratkan orang-orang tersebut sebagai orang-orang yang menjaga keselamatan atau bahkan nyawa manusia seluruhnnya di muka bumi ini. Subhanallah betapa Allah sangat menghargai orang-orang yang menjaga dan memelihara lingkungannya dengan penghargaan yang setingginya. Bagaimana dengan kita?Insya Allah kita mampu mengerjakannya.

Kampus Hijau
Green University yang saya maksud disini bukan sekedar serba hijau, cat gedung warna hijau, rumput nan hijau, genteng warna hijau namun sebuah kampus yang sejuk, nyaman, ramah lingkungan, kebersihannya yang benar-benar terjaga.ada juga yang mengatakan( Mereka para Aktivis ) penamaan nama kampus, Merah, biru, hijau merupakan kampus pergerakan sebuah organisasi ektra kampus tertentu di Indonesia Merah berarti GMNI ( Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ) , Biru berarti PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia )  dan Hijau berarti HMI ( Himpunan Mahasiswa Islam ), lain halnya menurut psikolog arti Warna hijau sebagai simbol alam. Warna hijau adalah simbol dari keseimbangan kehidupan, pertumbuhan yang sehat dan kesuburan. Dalam gambar atau lukisan warna ini sering digunakan untuk menggambarkan alam. Efek dari warna alami ini adalah sejuk, teduh, santai, segar, menenangkan dan memberikan suasana harmonis .warna hijau dari sisi kepercayaan dan budaya, dalam sejarah cina warna hijau di lambangkan sebagai warna perempuan. Sedangkan dalam kepercayaan muslim warna hijau adalah warna yang suci. Warna hijau sering menjadi simbol dari keberuntungan, uang dan kemakmuran . Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa warna hijau itu melambangkan doa dan harapan atau juga satu sikap ketabahan akan sebuah penderitaaan warna hijau adalah Kesejukan, keberuntungan, dan kesehatan. namun pembahasan kali ini adalah pembahasan mengenai lingkungan didalam kampus. Mengutip sedikit pendapat  Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc Sebuah kampus hijau adalah sebuah model lingkungan hidup, pendidikan dan nilai-nilai praktis menyediakan lingkungan kepada instansi, bangsa dan dunia. Hal itu mengintegrasikan pengetahuan lingkungan ke dalam semua disiplin ilmu yang relevan, menerapkan program-program penelitian dan pelayanan masyarakat pada lingkungan, dan menerapkan pengetahuan lingkungan ke dalam semua kebijakan kampus dan praktik manajemen. Termasuk
  1. Mengembangkan kebijakan hijau: kampus hijau didalam rencana strategis,
  2. Menetapkan pengajaran / kurikulum, penelitian dan pelayanan masyarakat yang mencerminkan misi kampus hijau kita,
  3. Membentuk suatu kampanye kesadaran kampus hijau lingkungan,
  4. Menerapkan praktek manajemen Linkungan, dan
  5. Membuat struktur organisasi kampus hijau.

Sehingga penulis menyimpulkan bahwa Kampus hijau adalah kampus yang berwawasan lingkungan,ramah lingkungan, peduli akan lingkungan, yaitu dengan menginte-grasikan ilmu pengetahuan lingkungan ke dalam kebijakan, manajemen dan kegiatan tridharma perguruan tinggi. Kampus hijau mempunyai kapasitas intelektual dan sumberdaya dalam mengintegrasikan dan mengaktualisasikan sebuah ilmu pengetahuan dan tata nilai lingkungan ke dalam misi dan program-programnya. Kampus hijau didesain untuk menghasilkan para pemimpin bangsa, para politikus, para pengusaha, para petani dan para penduduk bumi lainnya yang mencintai bumi bernafaskan islam untuk bertanggung jawab atas kemakmuran di muka bumi ini. Kampus hijau juga harus bisa menjadi contoh implemen-tasi pengintegrasian ilmu lingkungan dalam semua aspek manajemen dan best praktet pembangunan berkelanjutan.


Para pembaca yang budiman mari kita merenungkan sejenak, membayangkan betapa indahnya jika lingkungan sekitar kita itu bersih, sejuk, segar, indah apa yang terfikir dalam benak kita?pastinya kebahagiaan, kenyamanan dan rasa syukur kita kepada sang Pencipta semakin dalam. Menjaga kebersihan lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan namun menjadi tanggung jawab kita semua. Kadang kita marah jika lingkungan kantor atau lingkungan di taman kota banyak dedaunan, plastik sampah semua akan berfikir ketidak profesionalan petugas kebersihan atau karena petugas kebersihan yang masih kurang. Menurut saya semua pernyataan tersebut kurang tepat karena bagaimanapun juga permasalahan kebersihan lingkungan akan menjadi tanggung jawab kita semua.

Gerakan Taharah
Saya masih ingat ketika mendapatkan Materi BudAi ( Budaya Akademik Islami  ) pada tahun 2005, dan saya sudah 3 kali mengikuti pelatihan tersebut, pembicara waktu itu sangat tegas dalam menjelaskan pentingnya kebersihan atau Taharah dalam lingkungan, pernyataan tersebut diperkuat dengan sebuah Hadist nabi “Bersihkan lingkungan rumah kalian” artiya sebagai hamba Allah manusia diciptakan oleh-Nya untuk beribadah, maka sebagai konsekuensinya imam kita harus menjaga kebersihan, kita senantiasa beribadah kepada-Nya, sedangkan manusia diberi amanah sebagai kholifah dibumi, berarti kita harus mampu membuat dunia ( Lingkungan) kita menjadi sejahtera, damai kita hidup dengan penuh ketengan dan kenyamanan, dan semua mahkluk Allah yang ada di Bumi ini begitu pula, menunjukkan ketaatan, dan bertasbih kepada Allah SWT. ( Gerakan Budaya Akademik Islami, Unissula Press 2007 ) gerakan tersebut sangat positif sekali apabila hal ini dilakukan terus menerus bukan semakin surut.






Memakmurkan Fungsi Masjid
Mengapa memakmurkan masjid sebagai wujud Green University, di dalam kepercayaan Muslim warna hijau melambangkan kesucian , maka dari itu Gerakan Taharah dan Memakmurkan masjid merupakan dua hal yang sangat penting,dan saling keterkaitan, namun terkadang kita lupa akan dua hal tersebut, lupa karena jarang di singgung lagi, atau lupa karena gerakan tersebut mulai tidak penting lagi, subhanallah kalau sampai lupa sebuah petaka besar bagi orang dan lingkungan tersebut.semoga di lingkungan kita bukan termasuk orang-orang yang lupa akan memakmurkan masjid.
jika direnungkan dalam dalam pendahulu kita sudah menerapkan tentang konsep lingkungan dengan kearifan lokalnya seperti halnya Bali dengan falsafah Tri hita Karana, atau terbentuknya pola kampung, seperti kampung Naga, kampung kauman, kampung Arab dan kampung kampung yang lain mereka yang selalu mempertautkan tiga komponen alam, manusia dan tuhan. Jadi tidak salah jika mulai saat ini kita mendeklarasikan Kampus Hijau yang Islami, kampus yang sejuk, kedamaian,kerukunan, budayanya, dapat dijadikan contoh untuk masyarakat sekitar kampus. Tentunya semua hal tersebut tidak akan terwujud tanpa dukungan dari stakeholder terkait dan seluruh civitas akademika. Salam Lingkungan


Setiawan Widiyoko, ST, SH
Mahasiswa Program Magister Lingkungan Perkotaan UNIKA Soegijapranata Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran anda adalah cambuk motifasi penulis